Kaum Muda Katolik Harus Implementasikan Deklarasi Jakarta-Vatikan: Perkuat Pancasila dan Dialog Lintas Iman

JAKARTA (Jatengaktual.com) — Memperingati Hari Lahir Pancasila, Pengurus Pusat (PP) Pemuda Katolik menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertema “Pancasila dan Deklarasi Jakarta-Vatikan: Meneguhkan Semangat Kebangsaan dan Dialog Lintas Iman” di Sekretariat PP Pemuda Katolik, Pejompongan, Jakarta, Selasa (3/6).

Diskusi ini menghadirkan sejumlah tokoh nasional sebagai narasumber, antara lain Irene Camelyn Sinaga (Direktur Pengkajian Implementasi Pembinaan Ideologi Pancasila BPIP), Romo Aloysius Budi Poernomo Pr (Sekretaris Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan KWI), Mayong Suryo Laksono (Jurnalis Senior dan Dewan Pengawas LKBN Antara), serta Ancilla Betaria Tirtana (Aktivis OMK dan Content Creator). FGD dimoderatori oleh Antonius Beny Wijayanto, Ketua PP Pemuda Katolik.

Ketua Umum PP Pemuda Katolik, Stefanus Asat Gusma, menjelaskan bahwa FGD ini digelar untuk menguatkan dua agenda strategis, mengatasi tantangan implementasi nilai-nilai Pancasila di tengah masyarakat serta menindaklanjuti Deklarasi Jakarta-Vatikan yang ditandatangani Paus Fransiskus bersama tokoh pemuda lintas iman Indonesia pada Agustus 2024 lalu di Vatikan.

“Kita masih menyaksikan berbagai persoalan seperti kemiskinan, kesulitan pendirian rumah ibadah, hingga ketimpangan sosial. Padahal, Pancasila sudah menyediakan solusi nilai. Tinggal bagaimana kita mengimplementasikannya secara konkret,” tegas Gusma.

Baca Juga:  Padma Hotel Semarang Ajak Wisatawan Meriahkan Paskah dengan 'Golden Egg Hunt'

Ia menambahkan, Deklarasi Jakarta-Vatikan tidak boleh berhenti sebagai simbol.

“Dokumen ini menanti komitmen kita semua. Jika konsisten dijalankan, bukan tidak mungkin akan lahir perjanjian permanen antara Indonesia dan Vatikan terkait kerja sama pemuda lintas agama,” ujarnya.

Sementara itu, Romo Aloysius Budi Poernomo menyampaikan, Deklarasi Jakarta-Vatikan adalah dokumen langka dan bernilai tinggi. Dalam perspektif ekoteologi, deklarasi ini harus terus hidup, bukan menjadi artefak mati.

“Kalau kita mau sungguh berjuang untuk paradigma inklusif dan positif, kita tidak akan pernah kalah,” tegasnya.

Romo Aloys juga mencontohkan pengalaman sosial politik di Semarang, di mana calon walikota Katolik, perempuan dan Tionghoa, berhasil menang meski sempat mendapat serangan intoleran di media sosial.

“Gereja Katolik tidak menolak apapun yang baik, yang benar, yang suci dan indah dari semua agama dan kebudayaan. Ini prinsip yang harus terus dipegang dalam kehidupan lintas iman,” ucapnya.

Baca Juga:  Penanganan Permasalahan Aset, KAI Daop 4 Semarang Lakukan Kerjasama dengan 3 Kejaksaan Negeri

Keterlibatan Aktif Generasi Muda

Ancilla Betaria Tirtana menekankan pentingnya keberlanjutan aksi. “Jangan hanya berhenti pada deklarasi. Kita harus menyuarakannya secara konsisten, bahkan lewat doa-doa sederhana seperti Doa Damai Santo Fransiskus Asisi,” sarannya.

Sedangkan, Mayong Suryo Laksono menyoroti tantangan komunikasi antarumat.

“Jargon toleransi, kebersamaan, dan kemanusiaan sering kali hanya digaungkan oleh kelompok minoritas. Tugas kita adalah menularkannya, agar menjadi kesadaran bersama,” ujar dia.

Irene Camelyn Sinaga menutup diskusi dengan menyatakan bahwa Deklarasi Jakarta-Vatikan sejalan dan sangat relevan dengan nilai-nilai Pancasila, bahkan di tingkat global. “Deklarasi ini perlu dijabarkan dalam langkah konkret, dan Pemuda Katolik harus memimpin gerakan itu,” tegasnya.

Tiga Komitmen Deklarasi Jakarta-Vatikan

Deklarasi Jakarta-Vatikan yang bertema “Keadilan dan Perdamaian untuk Dunia” berisi tiga komitmen utama:

Mengamalkan nilai-nilai Pancasila sebagai energi positif peradaban dunia dan mengajak kaum muda dunia membangun masyarakat yang menjunjung toleransi, solidaritas, dan gotong royong.

Baca Juga:  Hentikan 25 Perkara Berdasarkan Keadilan Restoratif, Kajati Ponco : Pentingnya Keadilan Restoratif untuk Perbaiki Sistem Penegakan Hukum Adil dan Merata

Menyebarluaskan nilai-nilai Dokumen Persaudaraan Manusia (Dokumen Abu Dhabi) demi terwujudnya keadilan dan perdamaian global.

Dokumen ini merupakan hasil inisiatif Organisasi Pemuda Lintas Agama (GP Ansor, Pemuda Katolik, Pemuda Muhammadiyah, GAMKI, Peradah, Gema Khonghucu) yang menyuarakan komitmen bersama atas pentingnya dialog lintas iman, solidaritas sosial, dan respons terhadap tantangan global seperti perubahan iklim, ketimpangan sosial, dan ekstremisme.

FGD ini diikuti lebih dari 75 peserta secara langsung dan ratusan lainnya secara daring melalui kanal Youtube. Antusiasme peserta membuktikan bahwa semangat kolaborasi dan kebangsaan tetap menyala di tengah tantangan zaman.

Pemuda Katolik diharapkan tidak hanya menjaga semangat deklaratif, tetapi juga terlibat aktif dalam gerakan nyata membangun kehidupan berbangsa dan beragama yang damai, adil, dan beradab—baik di tingkat nasional maupun global.

“Kita tidak sekadar bicara soal eksistensi pemuda lintas agama, tetapi juga soal isi, komitmen, dan perjuangan menerjemahkannya dalam tindakan konkret,” pungkas Stefanus Asat Gusma.

Berita Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terkini