Menkes: Perubahan Iklim Perlu Diantisipasi untuk Cegah Risiko Pandemi dan Beragam Penyakit

JAKARTA (Jatengaktual.com) – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menilai perubahan iklim perlu diantisipasi melalui sistem kesehatan.

Sebab, perubahan iklim dapat mendatangkan penyakit menular, yang berisiko mendatangkan pandemi, serta penyakit tidak menular.

Menkes Budi menjelaskan, perubahan iklim dapat memicu penyakit menular karena adanya perubahan interaksi antara hewan dan manusia. Menurutnya, semakin sering perubahan interaksi tersebut terjadi, maka akan semakin besar risiko terjadinya pandemi.

“Misalnya Asia bird flu dari dulu, kemudian ada covid katanya dari kelelawar,” ujar Menkes Budi, Senin (29/4).

Baca Juga:  Kajati Jateng Ponco Hartanto Angkat Jempol untuk PLN, Pembangunan Infrastruktur Listrik Terus Berkembang di Jawa Tengah

Ia menjelaskan, sebelum penyakit dari hewan-hewan tersebut tertular ke manusia, seharusnya hewan-hewan tersebut dideteksi patogennya, baik virus maupun bakteri, kemudian diteliti agar ada diagnosis, vaksin, serta obatnya. Kalau dilakukan saat sudah tertular ke manusia, katanya, sudah telat dan biayanya lebih mahal.

Selain itu, perubahan iklim mendorong perubahan perilaku hewan, contohnya nyamuk Aedes aegypti. Oleh karena itu, ujarnya, setiap kali ada El Nino, maka angka kasus dengue naik.

“Dampaknya dari perubahan iklim, El Nino tadi hanya terjadi di daerah tropis. Mungkin bisa terjadi di daerah-daerah lain. Demam berat tadi hanya terjadi di Brazil, Indonesia, dan negara-negara Afrika, mungkin nanti bisa makin lama makin naik ke atas,” ungkap Menkes Budi.

Baca Juga:  Lima Tahun Kepemimpinan Erick Tohir, Perkuat Peran BUMN dalam Pembangunan Ekonomi Sosial melalui Program TJSL

Adapun untuk penyakit tidak menular, perubahan iklim dapat menyebabkan masalah gizi, karena menyebabkan kenaikan permukaan air laut, sehingga dataran menjadi lebih sempit, padahal jumlah manusia terus bertambah. Hal itu menyebabkan lebih sedikit lahan untuk produksi makanan.

“Padahal jumlah manusia kan naik terus. Dulu manusia 100 tahun yang lalu mungkin cuma empat miliar. Sekarang udah delapan miliar. Lima tahun lagi mungkin 9 miliar. Eh, ya 10 miliar. Itu kan perlu makan ya. Makan dan tanahnya makin sedikit,” ujar Menkes Budi.

Baca Juga:  Wayang Kulit dan Jazz Bersatu di More Than Jazz Art Vol. 5 - Alkisah

Contoh lainnya adalah kanker kulit. Menurutnya, perubahan iklim dapat membuat lapisan ozon semakin tipis, sehingga radiasi matahari semakin tinggi.

Oleh karena itu, ujarnya, Kemenkes bekerjasama dengan pihak seperti UNDP dan WHO untuk mempersiapkan sistem kesehatan guna menghadapi ancaman-ancaman tersebut.

Berita Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terkini